Dialog Interaktif: Memupuk Solidaritas Dalam Satu Perspektif Demi Terwujudnya Inklusifitas
Pertuni Sulsel akhirnya mempersembahkan sebuah gebrakan sebagai awalan untuk menyongsong sepak terjang di tahun 2020. Tepat pada hari Ahad, (29/12) sebuah Dialog Interaktif yang bertajuk "Memupuk Solidaritas dalam Satu Perspektif Demi Tercapainya Inklusifitas" berhasil diselenggarakan oleh Biro Pendidikan dan Pelatihan Pertuni Sulsel. Kegiatan ini menghadirkan para aktivis disabilitas khususnya tunanetra yang telah menunjukkan kapasitas, kapabilitas dan integritasnya di tengah-tengah masyarakat. Tujuan dari acara ini adalah untuk memupuk kembali semangat persatuan dan kesatuan sehingga mampu menyeimbangkan pergerakan dari segala arah yang dilancarkan masing-masing organisasi disabilitas.
Acara ini berlangsung di Gedung Serbaguna Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia (Yapti) Makassar, tepatnya di Jl. Kapten Pierre Tendean Blok M No. 7, Kelurahan Ujungpandang Baru, Kecamatan Tallo, Makassar.
Tidak heran apabila acara dapat berlangsung dengan terarah. Ini semua tidak lepas dari peranan fasilitator sebagai pemantik diskusi. Dialah Muhammad Lutfi, S.Tr.sos. Salah satu aktivis yang setia dalam memperjuangkan hak disabilitas di Sulawesi Selatan. Namanya pun tidak hanya berkibar di tanah Sulawesi, namun juga eksis di Jawa Barat.
Mengawali perjumpaan tepat pukul 16.25 WITA, kak Lutfi yang merupakan sapaan akrab dari sang pemantik memberikan kesempatan kepada masing-masing peserta untuk mengutarakan harapan yang ingin dicapai setelah mengikuti acara ini. Berbagai harapan meliputi penyamaan persepsi terhadap pergerakan, koordinasi antar organisasi disabilitas atas dasar persatuan, lebih aktif dalam kegiatan di tengah masyarakat, bahkan mencapai kesetaraan gender di kalangan disabilitas pun disampaikan.
Selanjutnya, masing-masing dari kami mengajukan tiga persoalan yang nantinya akan dikumpulkan. Sehingga, diperolehlah berbagai isu yang mewarnai kehidupan disabilitas saat ini, yakni:
- Pendidikan
- Persatuan
- Perempuan
- Kepercayaan diri atau mental yang kuat
- Diskriminasi
- Stigma Negatif di Masyarakat
- Pekerjaan
- Dokumentasi Prestasi
- Sosialisasi disabilitas
- Fasilitas umum
Dari berbagai persoalan tersebut, tiga topik pembahasan yang disepakati dari hasil voting selanjutnya adalah:
- Pekerjaan
- Pendidikan
- Persatuan
Sesi Pertama: Pekerjaan
Pembahasan pertama adalah isu pekerjaan. Risya yang kemudian mengawali dialog dalam segmen ini menyampaikan bahwa, teman-teman disabilitas di Sulawesi Selatan masih sulit dalam menjangkau lapangan kerja dikarenakan kurangnya kepercayaan dari pihak perusahaan terhadap kemampuan dan potensi yang dimiliki. Menurutnya, ada satu cara untuk memberikan gambaran kepada penyedia lapangan kerja yakni mensosialisasikan kemampuan kerja yang dimiliki seperti penguasaan IT, public speaking, dan Bahasa Inggris.
Namun, sebelum beranjak kepada sosialisasi kemampuan, sangatlah penting dalam memetakan bidang pekerjaan yang dapat di geluti oleh teman tunanetra. Hal ini disampaikan oleh Muhammad Ilham sebagai pembicara kedua dalam forum ini.
Menanggapi apa yang disampaikan oleh Ilham, Sujono menyatakan bahwa ada berbagai lapangan pekerjaan yang dapat digeluti oleh teman tunanetra, seperti internal trainer yang ada pada beberapa perusahaan, Telemarketing, translator, dan bagian administrasi. Keempat jenis pekerjaan ini dapat dibidik selama kita betul-betul memiliki keahlian di bidangnya masing-masing.
Selanjutnya kesempatan diberikan kepada Syarif Ramadhan. Menurutnya, permasalahan ada pada kemampuan tunanetra itu sendiri. Maka dari itu, perlu adanya suatu usaha untuk mengembangkan skill atau potensi tunanetra sehingga mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Beberapa di antaranya adalah dengan mengadakan pelatihan, atau bekerjasama dengan organisasi yang berfokus pada pengembangan potensi disabilitas.
Selain pengembangan skill, pemetaan terhadap lapangan kerja yang tersedia baik perusahaan maupun pemerintah juga penting untuk dilakukan mengingat kurangnya informasi mengenai posisi yang disediakan dalam kuota tunanetra khususnya di perusahaan. Hamzah Yamin memberikan contoh ketika kita ingin bekerja di Indomaret, namun kita tidak mengetahui posisi apa saja yang disediakan bagi tunanetra.
Tambahan disampaikan oleh Daeng Malik. Menurutnya, sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan, ketika pihak pemberi kerja mengetahui prestasi dan kemampuan yang dimiliki oleh para pencari kerja, maka secara otomatis bukan lagi kita yang mencari kerja, melainkan pekerjaan yang mencari kita. Oleh karena itu, dokumentasi mengenai pencapaian dan kemampuan yang kita miliki sangat memberikan peluang dalam mempromosikan diri untuk menjangkau pihak perusahaan. Namun, tentunya kita mesti bekerja keras dan bersama dalam mewujudkan hal itu. Salah satunya pemanfaatan media seperti website yang di dalamnya memuat mengenai profil diri. Dan nantinya akan kita sebar luaskan melalui media sosial seperti facebook, dll.
Sebagai kesimpulan, dalam hal akses ke pekerjaan untuk tunanetra ada 6 soulusi yang telah dikemukakan oleh teman-teman, yakni:
- Pemetaan potensi tunanetra
- Sosialisasi ke perusahaan
- Peningkatan Kemampuan
- Kolaborasi dengan NGO dalam upaya peningkatan skill
- Pemetaan bidang pekerjaan yang tersedia
- Dokumentasi dan publikasi potensi yang dimiliki
Sesi Kedua: Pendidikan
Sesi kedua ialah isu pendidikan. Hal ini menyangkut masalah hak dalam mengikuti proses pendidikan formal.
Fauzia sebagai pembicara pertama menjelaskan bahwa, ada beberapa penyebab kurangnya jangkauan pendidikan bagi tunanetra. Yang pertama adalah pihak keluarga yang belum mampu membiarkan anaknya untuk bersekolah. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran akan keselamatan di jalan, kemampuan anak dalam menyesuaikan pelajaran bahkan pergaulan di sekolah. Kedua adalah ketakutan dan kekhawatiran yang timbul dari diri sendiri. Misalnya tidak mampu melanjutkan pembayaran sekolah dan tidak mampu mengikuti pelajaran. Dan yang ketiga adalah pihak sekolah itu sendiri yang menolak calon peserta didik yang merupakan seorang tunanetra. Alasan yang paling umum dari pihak sekolah adalah kurangnya fasilitas yang bisa mengcover calon siswa disabilitas. Oleh karena itu, dia menawarkan solusi berupa edukasi mengenai pentingnya pendidikan bagi tunanetra kepada pihak keluarga, sosialisasi metode pembelajaran tunanetra bagi sekolah, serta mengadakan pelatihan softskill bagi tunanetra yang masih berusia belajar.
Sedikit menjadi curahan hati, Firdaus melemparkan sebuah pertanyaan mengenai apa yang mesti dilakukan ketika kita sudah belajar semaksimal mungkin namun prestasi yang dicapai tidak memuaskan? Menjawab pertanyaan ini, Risya mengemukakan bahwa hasil yang diperoleh siswa di sekolah tidak lepas dari kurangnya fasilitas dalam menunjang proses pembelajaran.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah, fasilitas seperti apakah yang memang mampu menjadi penunjang proses pembelajaran tunanetra? Mustafa menjelaskan bahwa selain menjadi tugas pihak sekolah, sudah sepantasnya kita berusaha untuk dua kali lebih giat ketimbang teman kita yang awas. Jadi tidaklah benar jika hanya berpangku tangan dalam mengharapkan ketersediaan fasilitas yang bisa memenuhi kebutuhan kita.
Hal ini disetujui oleh Andarias. Ia pun membandingkan era saat ini yang dimanjakan oleh teknologi yang pesat dengan era tahun 90-an yang masih minim fasilitas seperti pembaca layar, komputer, alat komunikasi dll. Namun dengan segala keterbatasan itu pun mereka yang menempuh pendidikan di zaman itu tetap mampu bersaing dan meraih prestasi yang gemilang.
=======================
Tak terasa ketika azan berkumandang tepat pada pukul 18.20. Acara pun ditunda dengan isoma. Peserta kemudian beranjak dari ruangan menuju mushola dalam kompleks Yapti. Setelah memenuhi panggilan azan, santapan siap dihidangkan dan berbagai keceriaan, candaan dan gelak tawa menghiasi aula besar. Peserta berbaur tidak mengenal sekat dari segi usia. Baik tua dan muda, semuanya akrab bagaikan keluarga besar yang hidup rukun dan bahagia.
=======================
Baca lebih lanjut pada tautan di bawah!
https://www.pertunisulsel.online/2019/12/dialog-interaktif-memupuk-solidaritas_31.html
Post a Comment for "Dialog Interaktif: Memupuk Solidaritas Dalam Satu Perspektif Demi Terwujudnya Inklusifitas"
Post a Comment